Monday, March 9, 2009

VAKSIN-WHAT,WHY,WHEN,HOW?

Apa Itu Vaksinasi?

Vaksinasi, atau imunisasi, adalah suntikan yang merangsang ketahanan tubuh kita terhadap infeksi tertentu. Misalnya, sebagian besar orang diimunisasi terhadap beberapa infeksi waktu bayi. Dibutuhkan beberapa minggu setelah disuntik sehingga sistem kekebalan tubuh bereaksi pada vaksin yang disuntikkan.

Sebagian besar vaksin dipakai untuk mencegah infeksi. Tetapi, beberapa yang lain membantu tubuh kita untuk melawan infeksi yang sudah ada. Vaksin ini disebut ‘vaksin terapeutik.’ Ada beberapa vaksin terapeutik sedang diteliti dan diuji coba terhadap HIV.

Vaksin ‘hidup’ memakai bentuk kuman yang dilemahkan. Vaksin jenis ini dapat menimbulkan penyakit yang ringan, kemudian sistem kekebalan mengambil alih untuk mencegah terhadap penyakit yang parah. Vaksin lain yang ‘dinonaktifkan’ (inactivated) tidak memakai kuman yang hidup. Dengan vaksin jenis ini, kita tidak mengalami penyakit, tetapi tubuh kita masih dapat membentuk keamanannya.

Vaksin dapat menimbulkan efek samping. Dengan vaksin hidup, kita mungkin mengalami penyakit yang ringan. Dengan vaksin yang dinonaktifkan, kita mungkin mengalami kesakitan, kemerahan, dan bengkak di tempat yang disuntik. Kita juga mungkin merasa lemas, kelelahan, atau mual selama waktu yang singkat।


Vaksinasi Apakah Disarankan?

Saat ini di Indonesia, belum ada pedoman khusus mengenai vaksinasi untuk Odha dewasa. Yang berikut berdasarkan pedoman di AS dan pedoman Indonesia umum untuk orang dewasa. Sebaiknya dibahas dengan dokter sebelum melakukan vaksinasi apa pun.

Pneumonia: Risiko penumonia pneumokokal jauh lebih tinggi untuk Odha. Vaksin membutuhkan 2-3 minggu untuk menjadi efektif. Perlindungan bertahan lima tahun untuk Odha.

Hepatitis: Lihat Lembaran Informasi (LI) 505. Hepatitis disebabkan oleh berbagai macam virus. Ada vaksin terhadap hepatitis A dan B. Hepatitis A biasanya bukan masalah, tetapi dapat lebih gawat untuk orang dengan hati yang lemah, termasuk orang dengan hepatitis B atau C. Dua suntikan vaksin hepatitis A melindungi selama 20 tahun.

Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit gawat. Bila kita pernah terpajan hepatitis B, kita sudah mempunyai kebal. Bila kita belum terpajan hepatitis B, sebaiknya kita mendapatkan vaksinasi. Seri tiga suntikan vakinasi hepatitis B seharusnya melindungi kita lebih dari sepuluh tahun. Pria yang berhubungan seks dengan pria dan pengguna narkoba suntikan (penasun) lebih berisiko terinfeksi hepatitis A atau B.

Flu: Vaksin flu harus diperbarui setiap tahun, berdasarkan tipe flu yang paling aktif saat itu. Flu dapat berkembang menjadi pneumonia. Beberapa vaksin flu dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang mempunyai alergi terhadap telur. Walaupun tidak umum dilakukan di Indonesia, Depkes mengusulkan vaksinasi terhadap flu setiap tahun untuk semua orang, terutama untuk jemaah haji.

Tetanus dan Difteri:Tetanus adalah penyakit gawat disebabkan oleh bakteri yang umum. Infeksi tetanus dapat terjadi melalui luka pada kulit. Tetanus tidak menular dari orang-ke-orang. Para penasun lebih berisiko terhadap tetanus.

Difteri juga adalah penyakit bakteri. Infeksi ini dapat menular dari orang-ke-orang, dan rawan pada tunawisma. Vaksin terhadap diteri selalu digabungkan dengan vaksin tetanus.

Vaksin tetanus dan difteri (bersama dengan vakin lain terhadap petusis) biasanya diberikan pada anak sebagai seri tiga suntikan. Satu suntikan ulang diberikan setiap sepuluh tahun. Odha sebaiknya jangan divaksinasi lebih dari sering daripada setiap sepuluh tahun, atau lima tahun bila cedera, untuk menghindari reaksi setempat yang dapat sakit. Suntikan ini dapat menyebabkan pembengkakan yang bertahan beberapa minggu.

Campak, Gondong dan Rubela: Ketiga penyakit ini disebabkan oleh virus. Infeksinya sangat menular, dan disebarkan melalui batuk dan bersin. Anak seharusnya divaksinasi terhadap penyakit ini dengan suntikan yang disebut sebagai ‘MMR’. Vaksin ini biasanya memberi perlindungan seumur hidup. Bila belum divaksinasi pada masa kanak-kanak, Odha sebaiknya divaksinasi, asal CD4-nya di atas 200 (MMR adalah vaksin hidup).

Tifoid: Demam tifoid (‘tifus’) disebabkan oleh bakteri, dan dapat menjadi gawat. Depkes mengusulkan semua orang Indonesia divaksinasi terhadap tifoid setiap tiga tahun. Vaksinasi tidak berisiko untuk Odha asal tidak dipakai vaksin hidup. Vaksin ini hampir tidak menimbulkan efek samping, tetapi kadang kala ada sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang.

Meningitis: Dalam beberapa tahun terakhir terjadi beberapa jangkitan meningitis meningokokus. Odha berisiko lebih tinggi mengembangkan meningitis bila terpajan.

Polio: Vaksin yang dipakai secara baku di Indonesia adalah vaksin oral yang dilemahkan (OPV). Kebijakan Depkes adalah agar vaksin ini diberi pada semua bayi, termasuk yang terlahir oleh ibu HIV-positif, karena risiko lebih rendah dibandingkan manfaat.

Odha Wisatawan

Odha yang berwisata ke luar negeri sebaiknya divaksinasi terhadap hepatitis A dan B.

Ada peraturan internasional atau nasional yang mengharuskan wisatawan melakukan vaksinasi. Asal vaksin tidak hidup, biasanya ini tidak masalah, kecuali yang dibahas di atas. Vaksinasi untuk demam kuning (yellow fever) hidup, tetapi tampaknya aman untuk Odha dengan CD4 di atas 200.

Sebagai alternatif divaksinasi dengan vaksin hidup, kita sebaiknya minta pernyataan dokter yang menjelaskan bahwa kita mempunyai alasan medis untuk tidak diberikan vaksinasi tersebut। Surat tersebut diterima oleh yang berkuasa di sebagian besar negara.

http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=660



1 comment: